PindapattaDana. Pindapatta Dana adalah istilah dalam agama Buddha yang berarti pemberian makanan kepada Bhikku. Sebelumnya saya jelaskan terlebih dahulu apa itu dana dan apa saja jenis-jenis dana itu serta mengapa kita harus berdana. Berdana adalah salah satu dari sekian banyak contoh perbuatan baik yang bisa dilakukan oleh semua manusia 42 Kelas VII SMP Secara garis besar BAB II berisi tentang 1. Keraguan Buddha untuk mengajarkan Dhamma karena Beliau merasa bahwa ajaran yang Beliau temukan sangat sulit untuk dipa- hami manusia. Akhirnya karena jasa Brahma Sahampati Buddha bersedia mengajarkan ajarannya. 2. Setiap pelaksanaan pujabakti umat Buddha melantunkan paritta Aradhana Dhammadesana untuk memohon khotbah kepada ang- gota Sangha. 3. Murid pertama Buddha umat awam upasaka yaitu Tapussa dan Bhalika. 4. Murid pertama yang menjadi anggota Sangha adalah lima pertapa bekas teman Buddha saat enam tahun menjadi Pertapa di hutan Uruvela dengan upasampada “ehi bhikkhu.” 5. Ajaran pertama adalah empat kebenaran mulia Catur ariya sac- cani dan dikenal sebagai Pemutaran Roda Dharma. 6. Peristiwa Buddha pertama mengajarkan ajaran-Nya setiap tahun diperingati umat Buddha sebagai hari Asadha. 7. Lima siswa Buddha mencapai Nibbana. 8. Khotbah kedua yang dinamakan Anattalakkhana Sutta Sutta tentang corak umum tanpa diri yang kekal dan khotbah ketiga yang dinamakan Aditta Pariyaya Sutta Sutta tentang semua dalam Keadaan Terbakar. 9. Khotbah kepada Yasa yang merupakan anak seorang pedagang kaya. Yasa akhirnya menjadi Arahat sewaktu Buddha mengulang uraian tersebut di hadapan ayahnya. 10. Teman-teman Yasa juga mengikuti jejak Yasa menjadi siswa Bud- dha dan mencapai Arahat semua, sehingga siswa Buddha yang mencapai Arahat berjumlah 60 orang. 11. Misi agama Buddha dimulai dengan perintah Buddha kepada 60 Arahat siswa Buddha untuk mengembara kesegenap arah memba- barkan Dhamma yang penuh dengan cinta kasih. 12. Ayah Yasa menjadi siswa dan memiliki Mata Dhamma setelah mendengar khotbah Buddha. 13. Upasampada bhikkhu oleh siswa-siswa Buddha karena sangat menyulitkan kalau setiap orang ingin menjadi bhikkhu harus men- emui Buddha sendiri. Upasampada dengan memanjatkan paritta Tisarana yang dinamakan Tisaranagamana. RANGKUMAN Ayo Mengomunikasikan Uraikan hasil diskusimu di depan kelas untuk mendapat masukan dari teman-temanmu 1. _________________________________________ 2. _________________________________________ 42 Kelas VII SMP 43 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti EVALUASI I. Pilihlah jawaban yang paling tepat 1. Buddha awalnya tidak berniat mengajarkan ajaranNya karena a. Ajaran Beliau bersifat ilmu batin semata. b. Ajaran Beliau sudah umum diketahui orang banyak. c. Sudah banyak orang suci di India zaman itu. d. Ajaran Beliau sangat sulit dipahami oleh orang yang batinnya kotor. 2. Yang mengingatkan Buddha agar tetap mau mengajarkan ajarannya adalah a. Dewa Brahma b. Maha Brahma c. Brahma Vihara d. Brahma Sahampati 3. Setelah berjanji akan mengajarkan ajarannya Beliau pertama kali akan mengajarkan kepada a. Udaka Ramaputra b. Udaka Kalama c. Alara Kalama d. Alara Ramaputra 4. Khotbah kedua diberikan Buddha kepada a. Lima pertapa b. Yasa c. Ayah Yasa d. Tapussa dan Ballika 5. Setelah kelima pertapa bersedia mendengarkan khotbahNya, Buddha memberikan khotbahnya yang dikenal dengan ….. a. Sigalovada Sutta b. Manggala sutta c. Anattalakhana Sutta d. Dhammacakkappavatthana Sutta 43 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 44 Kelas VII SMP II. Jawablah dengan uraikan yang jelas dan tepat 1. Mengapa Buddha ragu-ragu untuk mengajarkan ajarannya? 2. Apa alasannya seorang makhluk dewa meminta agar Buddha mau mengajarkan ajarannya? 3. Apa manfaat bagi Tapussa dan Ballika kalau mereka mempersembahkan tepung dan madu kepada Buddha? 4. Cerikan bagaimana caranya agar Buddha dapat menerima persembahan tepung dan madu dari Tapussa dan Ballika? 5. Mengapa mula-mula lima pertapa teman bertapa Pangeran Sidharta tidak mau menyambut kedatangan Buddha di hutan Uruvela? 6. Jelaskan yang dimaksud dengan lima khandha. 7. Jelaskan tentang khotbah ketiga yang diberikan oleh Buddha. 8. Mengapa Yasa merasa jijik pada kehidupan sehari-harinya? 9. Apa misi enam puluh Arahat siswa Buddha yang diperintahkan Buddha mengembara sendiri-sendiri tidak boleh berdua-dua ke seluruh penjuru? 10. Ceritakanlah cara Upasampada bhikkhu pada zaman Buddha hidup. 44 Kelas VII SMP 45 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti KRITERIA AGAMA BUDDHA III Bab Tarik napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Tahu.” Hembuskan napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Tahu.” Tarik napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Tenang.” Hembuskan napas pelan-pelan, katakan dalam hati “Aku Bahagia.” Ayo Mengamati Amatilah gambar di bawah ini Tahukah kalian, kejadian apa saja ketiga gambar tersebut ? A. Agama Buddha Agama Buddha atau sering disebut Buddha dhamma atau Buddha Dharma merupakan salah satu agama di dunia dipeluk oleh hampir 1 milyar penduduk dunia di berbagai negara. Negara-negara yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Buddha yaitu Thailand, Srilanka, Birma, Nepal, Tibet, Jepang, Korea, Tiongkok, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Taiwan. Disamping itu yang cukup banyak umat Buddhanya yaitu di Singapura, Malaysia, India, dan Indonesia. Mengamati Bacalah teks di bawah ini dengan cermat Gambar Ilustrasi Sidharta lahir Sumber Gambar Ilustrasi Buddha mengajarkan Dharma Gambar Ilustrasi Buddha Parinibbana 45 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 46 Kelas VII SMP Agama Buddha dibabarkan oleh Sidhartha Gautama sebagai hasil
SakramenPerkawinan menurut Kitab Suci. Dari awal penciptaan dunia, Allah menciptakan manusia pertama, laki-laki (Adam) dan perempuan (Hawa), menurut citra Allah (Kej 1:26-27). Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam agar laki-laki itu mendapatkan teman ‘penolong’ yang sepadan dengannya (Kej 2:20), sehingga mereka akhirnya dapat bersatu
Khotbah ini Dhammacakkappavattana Sutta, atau Roda Dhamma seperti umumnya disebut, – sesuai nama dalam Pali, dapat dianggap sebagai jawaban pertanyaan atas pencarian. Pada bagian pertama Sang Buddha menunjukkan cara-cara praktik yang harus dihindari oleh para bhikkhu atau mereka yang meninggalkan keduniawian. Ini adalah kedua ekstrim pemuasan indria dan penyiksaan-diri. Keduanya harus dihindari. Ia menunjukkan jalan di antara kedua ekstrim ini, latihan Jalan Tengah, yang terdiri dan delapan faktor, yaitu Jalan Mulia Berunsur Delapan, yang terdiri dari Pandangan Benar, Kehendak Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar dan Meditasi Benar. Pada bagian ke dua Beliau mengajarkan Dhamma yang dengannya Beliau menjadi tercerahkan kepada Kelima Petapa . Ini adalah akibat dari menghindari kedua ekstrim dan menapak apa yang disebut Jalan Tengah. Dhamma itu disebut Empat Kebenaran Mulia. Ini menyiratkan Kebenaran-kebenaran dari orang-orang mulia atau kebenaran-kebenaran yang memuliakan seseorang. Empat Kebenaran itu adalah Kebenaran Mulia Pertama tentang Dukkha, biasanya diterjemahkan sebagai Penderitaan. Sewaktu menjelaskan manifestasinya, Sang Buddha menunjukkan fenomena kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratapan, penyakit, dukacita, keputus-asaan, berkumpul dengan yang tidak menyenangkan, berpisah dengan yang menyenangkan atau yang dicintai dan akhirnya, sebagai suatu sintesa, tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Rangkumannya, Kelima kelompok usnur kehidupan yang dilekati adalah tempat bagi penderitaan. Kebenaran Mulia Ke dua tentang Dukkhasamudaya, Sebab Penderitaan. Sutta menunjuk pada Tanha atau keinginan sebagai penyebabnya. Ia menarik seseorang pada penjelmaan kembali atau kelahiran kembali, yang disertai dengan Nandi atau kenikmatan dan dengan keserakahan atau nafsu. Keinginan ini ada tiga jenis, yaitu, Keinginan untuk memiliki obyek-obyek kenikmatan indria, Keinginan untuk menjadi atau menjelma kembali dan Keinginan pada aspek negatif untuk tidak menelma kembali sebagai lawan dari jenis ke dua. Kebenaran Mulia Ke tiga tentang Dukkhanirodha, Padamnya penderitaan. Menurut Sutta, hal ini dimungkinkan dengan cara memuntahkan keinginan dengan tanpa meninggalkan bekas, berpisah dengan, melepaskan dan kebebasan dari Keinginan, tanpa kemelekatan yang tertinggal. Kebenaran Mulia ke empat tentang Dukkhanirodhagaminipatipada atau, singkatnya, Sang Jalan. Ini adalah apa yang disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan seperti yang telah disebutkan sebelumnya dan telah dijelaskan. Pada bagian ke tiga, Sang Buddha menjelaskan seperti apakah yang disebut Penerangan Sempurna. Ini menyiratkan munculnya pengetahuan secara spontan, atau berdasarkan intuisi, terhadap tiga putaran atau tahapan dari masing-masing dari Empat Kebenaran Mulia. Demikianlah Kebijaksanaan spontan atau Kebijaksanaan intuitif mengetahui bahwa 1. Sehubungan dengan Kebenaran Pertama ini adalah penderitaan, maka penderitaan ini harus diketahui, dan ini telah diketahui sekarang; 2. Sehubungan dengan Kebenaran Ke dua ini adalah sebab penderitaan, maka penyebab ini harus dilenyapkan, dan ini telah dilenyapkan sekarang. 3. Sehubungan dengan Kebenaran Ke tiga ini adalah padanya penderitaan, maka padamnya ini harus dicapai, dan ini telah dicapai sekarang. 4. Sehubungan dengan Kebenaran Ke empat ini adalah jalan menuju padamnya penderitaan, maka jalan ini harus dikembangkan, dan ini telah dikembangkan sempurna sekarang, yaitu, dalam segala hal. Ada istilah lain yang merujuk pada pengetahuan demikian, yang bersinonim dengan Pencerahan. Yaitu yang disebut nana atau Pandangan Terang dan melibatkan tiga putaran atau tingkat kehalusan atau kemendalaman yang disebut a Saccanana Pandangan Terang ke dalam sifat Kebenaran-kebenaran itu sendiri. Ini menyiratkan pengetahuan bagaimana ini adalah penderitaan, ini adalah Penyebabnya, ini adalah Padamnya dan ini adalah Jalan menuju ke sana. b Kiccanana Pandangan Terang ke dalam apa yang harus dilakukan pada masing-masingnya. Demikianlah penderitaan ini harus dikenali atau diketahui; Penyebabnya harus dilenyapkan atau dihilangkan; Padamnya harus dicapai; dan Sang Jalan menuju ke sana harus dikembangkan aatu disempurnakan. c Katanana Pandangan Terang ke dalam apa yang telah dilakukan sehubungan dengan masing-masing dari Empat Kebenaran. Menyiratkan pengetahuan bahwa segala penderitaan telah dikenali atau diketahui, tidak ada yang tersisa dari jenis ini. Sehubungan dengan Kebenaran ke dua, menyiratkan pengetahuan bahwa segala penyebab penderitaan telah dilenyapkan selamanya, tidak ada lagi yang tersisa untuk dilenyapkan lebih jauh lagi. Pada Kebenaran ke tiga, ini merujuk pada pengetahuan bahwa segala lenyapnya penderitaan telah dicapai, tidak ada lagi yang tersisa untuk dicapai lebih jauh lagi. Dan sehubungan dengan kebenaran ke empat, ini menunjukkan Pengetahuan bahwa segala Jalan yaitu, praktik yang menuju pada Padamnya telah diikuti, tidak ada lagi yang tersisa untuk dikembangkan lebih jauh lagi. Kelima petapa mendengarkan dengan saksama dan membuka hati mereka terhadap ajaran-Nya. Dan ketika khotbah itu tengah dibabarkan, pandangan tanpa noda dan murni terhadap Dhamma muncul dalam diri Kondañña. Ia memahami “Apa pun yang muncul, pasti akan berlalu yam kiñci samudayadhammam sabbam tam nirodhadhammam”. Demikianlah, ia menembus Empat Kebenaran Mulia dan mencapai tataran kesucian pertama Sotapatti pada akhir pembabaran itu. Karena itu, ia juga dikenal sebagai Aññata Kondañña – Kondañña yang mengetahui. Lalu ia memohon penahbisan lanjut upasampada kepada Sang Bhagava. Untuk itu, Sang Bhagava menahbiskannya dengan berkata “Mari, Bhikkhu! Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna. Jalanilah hidup suci demi berakhirnya penderitaan secara penuh”. Dengan demikian, ia menjadi bhikkhu pertama dalam Buddha Sasana melalui penahbisan Ehi Bhikkhu Upasampadã, “Penahbisan Mari Bhikkhu”. Setelah itu, tatkala ketiga petapa lainnya pergi menerima dana makanan, Sang Bhagava mengajarkan dan memberikan bimbingan Dhamma kepada Vappa dan Bhaddiya. Mereka akhirnya menjadi murni dan mencapai tataran kesucian Sotapatti. Dengan segera mereka memohon untuk ditahbiskan sebagai bhikkhu di bawah bimbingan¬Nya. Keesokan harinya, Mahanama dan Assaji juga menembus Dhamma dan menjadi Sotapanna. Tanpa jeda lagi mereka juga memohon penahbisan lanjut dari Sang Bhagava dan menjadi bhikkhu. Dengan demikian, kelima petapa itu menjadi lima siswa bhikkhu yang pertama, yang juga dikenal sebagai “Bhikkhu Pancavaggiya” Sejak saat itu, Persamuhan Bhikkhu Sangha Bhikkhu terbentuk. Setelah kelima bhikkhu itu menjadi Sotapanna, pada hari kelima Sang Bhagava membabarkan Anattalakkhana Sutta Khotbah Mengenai Tiadanya Inti Diri, yang dibabarkan sebagai tanya-jawab antara Sang Bhagava dan kelima siswa suci-Nya. Pada intinya, Ia menyatakan bahwa bentuk rüpa, perasaan vedanna, pencerapan sañña, bentukan batin sañkhara, dan kesadaran viññana adalah selalu berubah; dan apa yang selalu berubah tidaklah memuaskan dukkha. Kemudian, kesemuanya ini yang selalu berubah dan tidak memuaskan, harus dilihat sebagaimana adanya dengan pengertian benar “Ini bukan milikku n’etam mama; ini bukan aku n’eso’hamasmi; ini bukan diriku na m’eso atta”. Mendengar kata-kata-Nya, kelima bhikkhu tersebut menjadi gembira dan bahagia. Dan setelah Sang Bhagava membabarkan khotbah mi, pikiran mereka terbebas dan kotoran batin, tanpa kemelekatan; mereka mencapai tataran Arahat. pemutaran roda dhamma
Ajaranagama Budha bersumber dari kitab Tripitaka yang berarti tiga keranjang atau tiga kumpulan ajaran. Kitab ini merupakan kumpulan khotbah, keterangan, perumpamaan, dan percakapan sang Budha yang pernah dilakukan dengan para siswanya atau pengikutnya. Ketiga ajaran tersebut adalah sebagai berikut :
Bahan untuk membuat kuah santan adalah A. santan, susu kental manis, daun suji B. santan, daun suji, hunkwe C. Santan, daun pandan, dan garam D. Santa … n, daun pandan, dan gula BacaKhotbah Atas Kejadian (I) - Kehendak Tritunggal Yang Kudus Untuk Manusia oleh Paul C. Jong dengan uji coba gratis. Baca jutaan eBuku dan buku audio di web, iPad, iPhone, dan Android. Melalui Kitab Kejadian, Allah ingin kita menyadari niat baik-Nya kepada kita.
Abstract Di tengah realitas yang kompleks ini, orang Asian memimpikan suatu hidup yang damai, aman, berlimpah, dan bermartabat. Bagi banyak orang Asia, visi akan kedamaian, keamanan, kelimpahan
1 Jelaskan peristiwa penting yang terjadi pada masa pembabaran Dhamma tahun pertama! 2. Apa yang kalian ketahui tentang khotbah pertama Buddha? 3. Mengapa pada tahun pertama masa pembabaran Dhamma Buddha megutus 60 arahat untuk . megajarkan Dhamma? 4. Peritiwa penting apa saja yang terjadi pada tahun kedua sampai keempat masa pembabaran
Akantetapi, dalam pasangan kata ini tidak mempunyai hubungan arti sama sekali dengan kata pasangannya. Oleh sebab itu, satuan-satuan ucapan itu merupakan bentuk linguistik yang berbeda. Tugas Kedua. 1. Adakah morfem bahasa indonesia yang lebih dari 10 fonem? Ada, seperti nama Susilawati, kata kepribadian, keanggunan.
Karenaitu, perkembangan ilmu mantra di dalam agama Buddha Mahayana bukanlah suatu tanda “kemerosotan” melainkan merupakan akibat wajar dari pertumbuhan spiritual, dalam mana setiap perkembangannya menghasilkan bentuk ungkapan sendiri yang dibutuhkan. Sekte Sarvastivada memiliki kumpulan mantra yang mereka sebut Mantra-Pitaka.
tSo6u.
  • tcuts1o9tk.pages.dev/92
  • tcuts1o9tk.pages.dev/94
  • tcuts1o9tk.pages.dev/493
  • tcuts1o9tk.pages.dev/71
  • tcuts1o9tk.pages.dev/439
  • tcuts1o9tk.pages.dev/273
  • tcuts1o9tk.pages.dev/92
  • tcuts1o9tk.pages.dev/337
  • jelaskan tentang khotbah ketiga yang diberikan oleh buddha