19 Sep, 2021 Sutan takdir alisjahbana disebut sebagai puisi. Sutan takdir alisyahbana, dan sanusi pane, pada angkatan balai pustaka, karya yang. Karya sastra termasuk puisi yang muncul pada waktu itu penuh. Angkatan 1933 dengan tokoh sastrawannya sutan. Baru, seperti pada sajak menuju ke laut karya sutan takdir alisyahbana. cabik lunik 100 Tahun Sutan Takdir Alisjahbana Semangat from Makna puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan . Sutan takdir alisyahbana, dan sanusi pane, pada angkatan balai pustaka, karya yang. Mustofa bisri, bahasa sajak disikapi sebagaimana "aku tak akan. Sutan takdir alisjahbana disebut sebagai puisi. Angkatan 1933 dengan tokoh sastrawannya sutan. Majas apa saja yang ada dalam puisi "hujan bulan juni"? Contoh, novel kalah dan menang 1978 karya sutan takdir alisjahbana sta. Bentuk dan makna bukan merupakan alat akhir di dalam menginterpretasi suatu. Baru, seperti pada sajak menuju ke laut karya sutan takdir alisyahbana. Majas apa saja yang ada dalam puisi "hujan bulan juni"? Sutan takdir alisjahbana disebut sebagai puisi. Makna puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan . Dalam bukunya yang berjudul puisi baru 1951, sutan takdir alisjahbana. Bentuk dan makna bukan merupakan alat akhir di dalam menginterpretasi suatu. Angkatan 1933 dengan tokoh sastrawannya sutan. Sutan takdir alisyahbana, dan sanusi pane, pada angkatan balai pustaka, karya yang. Mustofa bisri, bahasa sajak disikapi sebagaimana "aku tak akan. Tertulis terutama karya sutan takdir alisjahbana "antropologi baru Tuhanku aku mengembara di negara asing. Karya sastra termasuk puisi yang muncul pada waktu itu penuh. Takdir alisjahbana dalam bidang prosa dan amir hamzah bidang puisi; Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh sta, tentang keyakinan masa . Dan saya tahu, sebelum saya kau ciptakan. Sutan takdir alisyahbana, dan sanusi pane, pada angkatan balai pustaka, karya yang. Karya sastra termasuk puisi yang muncul pada waktu itu penuh. Sutan takdir alisjahbana disebut sebagai puisi. Dalam bukunya yang berjudul puisi baru 1951, sutan takdir alisjahbana. cabik lunik 100 Tahun Sutan Takdir Alisjahbana Semangat from Dan saya tahu, sebelum saya kau ciptakan. Tuhanku aku mengembara di negara asing. Tuhan, kau lahirkan saya tak pernah kuminta. Dalam bukunya yang berjudul puisi baru 1951, sutan takdir alisjahbana. Takdir alisjahbana dalam bidang prosa dan amir hamzah bidang puisi; Mustofa bisri, bahasa sajak disikapi sebagaimana "aku tak akan. Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh sta, tentang keyakinan masa . Contoh, novel kalah dan menang 1978 karya sutan takdir alisjahbana sta. Angkatan 1933 dengan tokoh sastrawannya sutan. Tertulis terutama karya sutan takdir alisjahbana "antropologi baru Baru, seperti pada sajak menuju ke laut karya sutan takdir alisyahbana. Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh sta, tentang keyakinan masa . Tuhanku aku mengembara di negara asing. Makna puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan . Angkatan 1933 dengan tokoh sastrawannya sutan. Takdir alisjahbana dalam bidang prosa dan amir hamzah bidang puisi; Majas apa saja yang ada dalam puisi "hujan bulan juni"? Bentuk dan makna bukan merupakan alat akhir di dalam menginterpretasi suatu. Dan saya tahu, sebelum saya kau ciptakan. Sutan takdir alisyahbana, dan sanusi pane, pada angkatan balai pustaka, karya yang. Contoh, novel kalah dan menang 1978 karya sutan takdir alisjahbana sta. Tuhan, kau lahirkan saya tak pernah kuminta. Takdir alisjahbana dalam bidang prosa dan amir hamzah bidang puisi; Mustofa bisri, bahasa sajak disikapi sebagaimana "aku tak akan. Sutan takdir alisjahbana disebut sebagai puisi. Makna puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan . Tuhan, kau lahirkan saya tak pernah kuminta. cabik lunik 100 Tahun Sutan Takdir Alisjahbana Semangat from Karya sastra termasuk puisi yang muncul pada waktu itu penuh. Baru, seperti pada sajak menuju ke laut karya sutan takdir alisyahbana. Dan saya tahu, sebelum saya kau ciptakan. Makna puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan . Angkatan 1933 dengan tokoh sastrawannya sutan. Sutan takdir alisjahbana disebut sebagai puisi. Tuhanku aku mengembara di negara asing. Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh sta, tentang keyakinan masa . Contoh, novel kalah dan menang 1978 karya sutan takdir alisjahbana sta. Angkatan 1933 dengan tokoh sastrawannya sutan. Ini adalah salah satu puisi yang diciptakan dengan rangkaian makna indah oleh sta, tentang keyakinan masa . Mustofa bisri, bahasa sajak disikapi sebagaimana "aku tak akan. Dan saya tahu, sebelum saya kau ciptakan. Tuhanku aku mengembara di negara asing. Dalam bukunya yang berjudul puisi baru 1951, sutan takdir alisjahbana. Baru, seperti pada sajak menuju ke laut karya sutan takdir alisyahbana. Makna puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan . Contoh, novel kalah dan menang 1978 karya sutan takdir alisjahbana sta. Sutan takdir alisyahbana, dan sanusi pane, pada angkatan balai pustaka, karya yang. Sutan takdir alisjahbana disebut sebagai puisi. Karya sastra termasuk puisi yang muncul pada waktu itu penuh. Takdir alisjahbana dalam bidang prosa dan amir hamzah bidang puisi; Makna Puisi Aku Dan Tuhanku Karya Sutan Takdir Alisjahbana - cabik lunik 100 Tahun Sutan Takdir Alisjahbana Semangat - Baru, seperti pada sajak menuju ke laut karya sutan takdir alisyahbana.. Baru, seperti pada sajak menuju ke laut karya sutan takdir alisyahbana. Dan saya tahu, sebelum saya kau ciptakan. Takdir alisjahbana dalam bidang prosa dan amir hamzah bidang puisi; Angkatan 1933 dengan tokoh sastrawannya sutan. Mustofa bisri, bahasa sajak disikapi sebagaimana "aku tak akan.
KumpulanPuisi Sutan Takdir Alisjahbana (STA) - Sutan Takdir Alisjahbana (STA) lahir di Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908. Beliau merupakan tokoh pembaharu, sastrawan, dan ahli tata Bahasa Indonesia. AKU DAN TUHANKU Tuhan, Kau lahirkan aku tak pernah kuminta Dan aku tahu, sebelum aku Kau ciptakan Sinopsis Novel Rumah Kaca Karya
Islam Episode 1 Puisi Aku Dan Tuhanku karya Sutan Takdir Alisjahbana. Puisi ini mempunyai ceritanya sendiri semasa saya masih SMP dulu. Pernah saya bacakan di depan guru juga waktu itu. Kenangannya panjaaaaang. Autres épisodes Episode 1 Puisi Aku Dan Tuhanku karya Sutan Takdir Alisjahbana. Puisi ini mempunyai ceritanya sendiri semasa saya masih SMP dulu. Pernah saya bacakan di depan guru juga waktu itu. Kenangannya panjaaaaang. Autres épisodes
Dian Sastrowardoyo membaca puisi "Aku dan Tuhanku" karya Sutan Takdir Alisjahbana pada acara "100 Tahun Sutan Takdir Alisjahbana" 28341 dibaca; Baca lanjutannya; Komentar . Tulis komentar baru. Nama Anda: * email: * Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.
ï»żAku dan Tuhanku Tuhan,Kaulahirkan aku, tak pernah kumintaDan aku tahu, sebelum aku KauciptakanBerjuta tahun, tak berhingga lamanya,Engkau terus-menerus mencipta berbagai pemusnah mahaperkasa,Apa yang Kauciptakan, penuh kasih-sayang,Engkau hancur-remukkan, Engkau musnahkan,Pasti, tiada sangsi, keras dan aku tahu, suatu saat tertentu,Engkau sendiri menetapkan waktu dan tempatnya,Akupun akan Kaulenyapkan kembali, tentu dan pasti,Tak pernah akan kutahu alasan dan sesudah aku kembali dalam ketiadaan,Engkau terus-menerus dengan permainanMuBerjuta-juta tahun lagi, abadiTenang mantap, seolah aku tak pernah Engkau terus bermain, tak hentinya,Berbuat menghancurkan dan mencipta memusnahkan kembali,Terus-menerus memulai dan mengakhiri,Tak bosan-bosannya dalam kekekalan kekuasaanMu Engkau sungguh sewenang-wenang,Menjalankan siasat dan muslihatMu,Yang hanya Kau sendiri tahu hanya dapat berkhayal dan menduga-duga,Untuk akhirnya hanya menyerah, tiada Engkau memberiku hidup sesingkat ini,Dan berjuta-juta tahun kemahakayaanMu?Setetes air dalam samudra tak bertepi!Alangkah kikirnya Engkau dengan kemahakayaanMu!Tetapi Tuhan,Kepadaku Engkau anugerahkan hikmat,Tiada ternilai seuntai mutiara hidupku,Pertama hayat-jasad, senantiasa gelisah,Terus bertunas, berkembang dan siapkan pula aku dengan mukjizatHati perasa, tulus dalam menerima segala,Riang gelak tertawa bila bersukariaPilu sedih menangis bila malang dengan makhluk sesama,Kawan senasib terdampar di berjuang sepenuh hati dalam berjuang,Merah marak bernyala dalam Tuhanku,Dalam hatikulah Engkau perkasa bersemayam!Bersyukur sepenuhnya akan kekayaan kemungkinan,Terus-menerus limpah-ruah Engkau curahkan,Meski kuinsaf kekecilan dan kedaifankuDi bawah kemahakuasaanMu dalam kemahaluasan lengkapi juga aku dengan kecerdasan akal,Yang memungkinkan aku berpikir dan memahamiKebebasan dan keserbaragaman ciptaanMu,Seluk-beluk rahasia permainan Engkau tenaga imaginasi Engkau limpahkan,Aku dapat mengikuti dan meniru permainanMuGirang berkhayal dan mencipta pelbagai ragam,Terpesona sendiri menikmati keindahan Kauturunkan aku seperti diriMuGelisah tak jemu-jemu berbuat dan berkarya,Terus tumbuh bertunas dan berkembang meluaskan diriHendak menyamaiMu dalam keaktifan dan di atas dan di atas segala atas,Kauberi aku mukjizat di atas segala mukjizatKebebasan mengamati, menilai dan memutuskan,Dengan iktikat, tanggung jawab dan dambaan arti dan martabat kepada sececah hidup,Dalam kemurahan hatiMu aku Engkau rahmati,Sehingga dapatlah aku mengetahui alam sekitarDan seperti Engkau berbuat dan mencipta mengubah segala,Sehingga sanggup pula berkarya mencipta penaka DikauDalam kebebasan ke segala arah Engkau curahkan,Aku dapat kemasukkan keangkaraan dan KeserakahanDan dengan buta nekat menolak pemberianMu,Karena kuanggap terlampau kecil dan tak berarti,Tak sepadan kemahabesaran dan bedil, setusuk keris, setetes racun,Telah cukup bagiku untuk lenyap kembaliKe dalam ketiadaan tempatku semula berasal,Sehingga dapatlah Engkau, Tuhan mahaperkasa,Meneruskan permainanMu, tak usah kusertaiTetapi betulkah hanya itu kemungkinan,Yang dapat kupilih dan kulakukanDengan kepekaan hati dan kecerdasan akalku,Serta kelincahan angan mengkhayal dan mencipta?Tidak, tidak ya Allah ya Rabbi,Dalam nikmat rahmat kebebasan,Yang dengan murah hati Engkau curahkan,Dapatlah aku dengan tulus dan bertanggung jawabMenilai dan memutuskan sendiri martabat dari angkara murka mengingkariMu,Akupun dapat dengan tegas, tak ragu-raguGirang dan gembira menjunjung anugerahMu,Memanfaatkan segala kesempatan selama hidupku,Meski bagaimana sekalipun singkatnya terbukalah bagiku kesempurnaan cahayaMu,Cahaya dan segala cahaya,Melingkupi segala cahaya di bumi dan langit,Memenuhi segala yang tercipta dan dapatlah aku menyaksikan dan memahami,Malahan mengagumi dan menikmati keragaman ciptaanMu,Permainan dahsyat dan gaib penuh rahasia,Yang Engkau mainkan terus-menerus, abadi,Dalam kekudusan dan keagungan sinar Tuhan,Dalam kepenuhan terliput kecerahan sinar cahayaMu,Menyerah kepada kebesaran dan kemuliaan kasihMu,Aku akan memakai kesanggupan dan kemungkinan,Sebanyak dan seluas itu Kaulimpahkan kepadaku,Jauh mengatasi makhluk lain khalifah yang penuh menerima sinar cahayaMuDalam kemahaluasan kerajaanMu, tak adalah pilihanDari bersyukur dan bahagia bekerja mencipta,Dengan kecerahan kesadaran dan kepenuhan jiwa,Tidak tanggung, tidak akan tegas dan bulat iktikad,Positif mantap, selalu gairah membangun,Gembira dalam setiap melangkah dan bertindak,Meskipun jatuh terhempas dalam usaha dan damba,Aku akan ikut serta dalam kedahsyatan permainanMu,Senantiasa dengan kecerahan optimisme mengejar cita,Bersolidaritas dengan segala sesama makhluk,Mendambakan kerukunan dan kesejahteraan hidup Allah ya Rabbi,Sekelumit hidup yang Engkau hadiahkanDalam kebesaran dan kedalaman kasihMu,Akan kukembangkan semarak semekar-mekarnyaSampai saat terakhir nafasku Engkau memanggilku kembali kehadiratMu,Ke dalam kegaiban rahasia keabadianMu,Dimana aku menyerah tulus sepenuh hatiKepada keagungan kekudusanMu cahaya segala cahaya. Toya Bungkah, 24 April 1989Sumber Horison Juni, 1989Puisi Aku dan TuhankuKarya Sutan Takdir AlisjahbanaBiodata Sutan Takdir AlisjahbanaSutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
Tuhankuaku mengembara di negara asing Tuhanku Di pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling dalam puisi tersebut ditandai dengan bait yang menjorok. Puisi tersebut memiliki empat Nasib Karya Sutan Takdir Alisjahbana Bagai biola yang salah larasnya, Mengharu harmoni di
Oke kali ini saya akan menjelaskan tentang suatu puisi yang sangat fenomenal, AKU karya sang maestro sastra Chairil Anwar . âAKUâ KARYA CHAIRIL ANWAR Kalau sampai waktuku Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Ă Penggunaan Bahasa Dalam pengungkapan puisi diatas penyair menggunakan bahasa yang khas yaitu pemberani yang ingin bebas dari semua ikatan disana .Penyair tidak mau terhasut rayuan dari siapapun. Dia tetap pada pendiriannya yang ingin berkreasi, contoh pada syair Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Ă Pilihan Kata/Persamaan Bunyi Ciri khas puisi yang lain juga dapat dilihat dari pilihan kata/ persamaan bunyi dan persajakan. Misalnya pada syair Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Dalam penggalan puisi diatas, dapat dijumpai persamaan bunyi sebagai berikut Rima akhir dijumpai pada kata waktuku , merayu , kau , itu Bunyi Vocal Asonansi terdapat pada syair Tak perlu sedu sedan itu . terdapat bunyi Aku ini binatang jalang . terdapat bunyi Diksi pilihan kata pada syair Kalau sampai waktuku Dalam kutipan syair puisi diatas penyair lebih memilih kata âKalau sampai waktuku â . Maksudnya, jika dia telah sampai pada waktunya wafat, dia tidak mau ada seorangpun yang merayunya karena itu semua tidak penting bagi penyair. Majas Dalam puisi diatas terdapat majas hiperbola pada syair Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang ...................................... Aku mau hidup seribu tahun lagi Ă Makna Kiasan Konotatif Pada Setiap Bait Bait Pertama Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Pada bait ini tertulis keyakinan pengarang yang sangat bulat terhadap apa yang diyakininya, sehingga tak bisa dirayu siapapun. kata "kau" menggambarkan seorang yang dekat atau bisa menjadi siapa saja. Bahkan merayupun tidak diinginkan oleh pengarang Bait Kedua Tak perlu sedu sedan itu Dalam bait ini sebenarnya penulis bukan bermaksud menghibur siapapun yang merayunya, tapi hal ini bermaksud bahwa penulis tidak akan goyah meskipun dirayu dengan cara apapun. Bait Ketiga Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Penulis mengakui bahwa dirinya bukanlah sesuatu yang penting, maka ia tidak perlu dibujuk atau dirayu oleh siapapun. Bait Keempat dan Kelima Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Disini, penulis menggambaarkan bahwa keyakinan dan tekadnya sangat bulat. Meski beribu rintangan dan halangan menghadang, tapi penulis tetap memegang teguh keyakinannya. Bait Keenam dan Ketujuh Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Pada kalimat ini, peulis menekankan bahwa dirinya tidak peduli dengan semua rintangan yang dihadapinya. Ă Tema Tema puisi ini adalah perjuangan. Seperti pada kalimat di bawah ini Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Sumber
Berikut5 Puisi STA (Sutan Takdir Alisyahbana) yang bisa Sobat simak dan analisa kedalaman maknanya. BERGUNDAH HATI Di atas tebing duduk seorang kelana Memandang arah ke tengah lautan Dalam hatinya, gundah gulana Teringat kampung dengan halaman Pandangnya dilayangkan arah ke barat Terlihat surya hampir terbenam Sebab pun kelana, jadi melarat
Api Suci Selama nafas masih mengalun, Selama jantung masih memukul, Wahai api, bakarlah jiwaku, Biar mengaduh biar mengeluh. Seperti baja merah membara, Dalam bakaran Nyala Raya, Biar jiwaku habis terlebur, Dalam kobaran Nyala Raya. Sesak mendesak rasa di kalbu, Gelisah liar mata memandang, Di mana duduk rasa dikejar. Demikian rahmat tumpahkan selalu, Nikmat rasa api menghangus, Nyanyian semata bunyi jeritku. Sumber Tebaran Mega 1935Analisis PuisiPuisi "Api Suci" adalah sebuah puisi soneta karya Sutan Takdir Alisjahbana. Puisi ini mendorong pembacanya untuk menggenggam semangat dan semakin memperkuat melawan bait berikut"Wahai api, bakarlah jiwaku".Api dalam bait tersebut menggambarkan semangat; semangat yang dibutuhkan untuk menghadapi kesulitan dalam ini membawa pesan bahwa kebahagiaan atau kesedihan di dunia ini adalah sebuah ketentuan, namun kita tetap bisa bertahan dengan kekuatan semangat di dalam diri hal menarik dari puisi "Api Suci" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalahMetafora api sebagai simbol semangat dan keberanian Dalam puisi ini, api digambarkan sebagai simbol semangat dan keberanian. Penyair meminta agar api suci membakar jiwanya, sehingga ia bisa mengaduh dan mengeluh. Metafora ini mencerminkan keinginan untuk hidup dengan penuh gairah dan antara kehangusan dan kehancuran Puisi ini menggambarkan bahwa dalam api yang menghanguskan jiwanya, terdapat kekuatan dan keindahan yang membara. Meskipun bisa menghabiskan dirinya, api suci dianggap sebagai rahmat dan nikmat yang memberikan arti pada dan ketidakstabilan emosi Penyair menggambarkan sesak dan desakan dalam hatinya, serta gelisah dan kebingungan yang mempengaruhi pandangannya. Hal ini menciptakan nuansa ketegangan dan ketidakstabilan emosional dalam sebagai ekspresi pribadi Puisi ini menunjukkan bahwa nyanyian adalah cara penyair untuk mengungkapkan diri dan mengeluarkan jeritannya. Puisi menjadi medium ekspresi yang memungkinkan perasaan dan pikiran dalam dirinya diungkapkan secara "Api Suci" menciptakan gambaran tentang semangat, keberanian, dan ketegangan emosional. Metafora api sebagai simbol semangat, kontras antara kehangusan dan kehancuran, serta penggunaan nyanyian sebagai ekspresi pribadi menjadi elemen yang menarik dalam puisi Api SuciKarya Sutan Takdir AlisjahbanaBiodata Sutan Takdir AlisjahbanaSutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
Membiaraku berjuang sendiri, Hilang hanyut tiada bertolong. Demikian Ani rasanya diri, Sejak kamas engkau tinggalkan, Tidak berkata tidak berpesan. =SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA= Diposting oleh Perjalanan Sang Merpati Putih di 07.22. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest. Label: SUTAN
Sebagai seorang penulis, Sutan Takdir Alisjahbana 1908 â 1994 telah menghasilkan lebih dari empat puluh buku, yang mana di antaranya berupa sepuluh buku kajian budaya 1950 â 1989, sepuluh buku ilmu bahasa antara tahun 1936 â 1977, tujuh roman antara tahun 1929 â 1978, enam buku ilmu 1978, lima buku kajian seni antara tahun 1980 â 1985, lima buku kumpulan puisi antara tahun 1935 â 1983, dan dua buku ilmu pendidikan pada tahun 1984 dan 1956. Dari segi bentuk, karya-karya yang dihasilkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana cenderung didominasi oleh jenis prosa. Dikarenakan dominasi prosa pada sebagian besar karya yang dihasilkannya tersebut, ia dijuluki âprosawanâ oleh para pengamat sastra di Indonesia. Karya prosa Sutan Takdir Alisjahbana terbagi ke dalam dua bentuk, yakni roman dan novel. Roman yang paling terkenal berjudul Layar Terkembang 1936, sedangkan novel terpopulernya adalah Anak Perawan di Sarang Penyamun 1940. Selain prosa, Sutan Takdir Alisjahbana juga aktif menulis puisi dan drama yang bersifat signifikan dan berwarna baru. Beberapa puisi fenomenal Sutan Takdir Alisjahbana dapat disimak dalam kumpulan sajak Tebaran Mega 1935. Sedangkan pada kategori drama, ia menghasilkan satu jenis drama bersajak dalam Kebangkitan Suatu Drama Mitos tentang Bangkitnya Dunia Baru 1984. Untuk menemukan unsur paham Barat dalam karya-karya sastra Sutan Takdir Alisjahbana, maka kegiatan analisis hanya dibatasi pada dua karya yang dianggap paling berpengaruh, yakni 1 roman Layar Terkembang 1936 dan 2 puisi Menuju ke Laut 1946. Sebagai tambahan, puisi Menuju ke Laut akan dibahas secara utuh, sedangkan roman Layar Terkembang berbentuk sinopsis. Tuti merupakan kakak kandung dari Maria. Keduanya memiliki sifat yang berbeda; Tuti berpembawaan serius, pendiam, memiliki pemikiran modern serta aktif dalam memperjuangkan hak penyetaraan gender. Sedangkan Maria adalah gadis periang, lincah dan mudah bergaul. Keduanya merupakan anak dari Raden Wiriatmajda, seorang mantan wedana Banten yang telah lama menduda sepeninggalan istrinya. Ketika sedang berada di gedung akuarium pasar ikan, Maria dan Tuti berkenalan dengan seorang mahasiswa kedokteran asal Martapura, Sumatra Selatan yang bernama Yusuf. Beberapa waktu kemudian, ketiganya menjadi akrab dan menghabiskan hari itu bersama-sama. Pada penghujung pertemuannya, Tuti dan Maria kemudian diantarkan pulang ke rumah oleh Yusuf. Yusuf diketahui telah menaruh hati terhadap Maria sejak pertama kali bertemu. Beberapa waktu kemudian, keduanya semakin dekat dan memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Di sisi lain, Tuti cenderung menjauhi segala bentuk hubungan asmara dengan cara selalu menyibukkan dirinya dalam kegiatan membaca serta mengikuti berbagai kongres yang memperjuangkan hak-hak kaum perempuan. Dikarenakan hubungan asmaranya yang semakin serius, keluarga Maria dan Yusuf akhirnya sepakat untuk mempertunangkan putra-putrinya. Namun demikian, Maria terpaksa harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit tuberkulosis di hari-hari menjelang pernikahannya. Semasa menjalani perawatan, kondisi kesehatan Maria terlihat semakin memburuk. Terlebih lagi ketika dirinya mengalami serangan batuk berdarah yang mampu merenggut nyawanya. Setelah menyadari masa-masa kritis tersebut, Maria kemudian berpesan kepada Tuti agar sudi untuk menggantikan posisinya serta menikahi Yusuf sepeninggalannya. Di penghujung cerita, Maria akhirnya pun meninggal dunia. Sementara itu, Yusuf dan Tuti telah mewujudkan wasiat yang diamanahkan oleh Maria dengan cara menjalani hidup bersama sebagai pasangan suami istri Layar Terkembang, 1936 sinopsis roman. â Hasil Analisis Jika dicermati, roman Layar Terkembang sejatinya membahas tentang sifat-sifat dari dua tokoh cerita, yaitu Tuti dan Maria yang diketahui saling bertolak belakang. Karakter Tuti digambarkan pengarang sebagai sosok idealis dan kritis, sedangkan Maria mewakili sosok yang lemah lembut dan bersahaja. Layar Terkembang diyakini kritikus sastra sebagai bentuk dari representasi simbolis mengenai pertentangan anutan nilai-nilai dalam masyarakat Indonesia. Hal tersebut dijelaskan oleh Tham Seong Chee dalam Essays on Literature and Society in Southeast Asia Political and Sociological Perspectives 1981 105, antara lain sebagai berikut âIn his novel Layar Terkembang, Takdir Alisjahbana systematically embodies his ideas in the characters and situations created in the novel... the novel and its characters are symbolic, as it was the intention of the author to convey meanings and values considered to be of dominant concern in resolving the issues of cultural developments through the characters in the novel... lack of agreement between two characters is matched by incompatibility of values between the two, and this in effect suggests a clash of symbols of meaning as wellâ. âDalam novel Layar Terkembang, Takdir Alisjahbana secara sistematis menerapkan gagasan-gagasan ke dalam tokoh-tokoh dan keadaan-keadaan yang diciptakannya... novel dan tokoh-tokohnya bersifat simbolis, yang merupakan tujuan pengarang guna menyampaikan serangkaian makna serta nilai yang dianggap dominan sebagai penyelesaian berbagai masalah perkembangan kultural melalui tokoh-tokohnya... ketidaksepahaman kedua tokoh tersebut dipertandingkan dengan ketidaksesuaian nilai-nilai yang dianut oleh keduanya, dan sebagai hasilnya menyajikan tentang pertentangan simbol-simbol maknaâ. Berangkat dari argumen tersebut, tersimak usaha-usaha Sutan Takdir Alisjahbana untuk menggambarkan representasi wawasan modern yang dipertentangkan dengan paham tradisional melalui simbol-simbol yang terkandung di dalam roman. Adapun hal tersebut diterangkan oleh Chee 1981 106, sebagai berikut âTuti, the elder is... independent, socially confident, articulate, egoistic, the emancipated. She believes in speaking her own mind... To her everything must be weighed rationally, intellectually, and incisively from the viewpoint of the individual. She is extremely active in politics, and participates in debates, forums, and public meetings... On the other hand, there is Maria, symbolic of the traditional ideal woman. Secure in the protection of her family, she is demure, loving perhaps emotional, caring, gentle, sensitive, and loyal. She has no great ambition to alter the world and not particularly articulate. She desires harmony with the worldâ. âTuti, sang kakak... independen, percaya diri, lugas, egois, yang tak suka dikekang. Ia meyakini pemikiran-pemikirannya... Baginya segala sesuatu politik, dan mengikuti debat-debat, forum-forum, dan pertemuan-pertemuan publik... Sebaliknya, Maria, sebagai simbol ideal wanita tradisional Indonesia. Aman dalam lindungan keluarganya, ia sopan juga pemalu, penyayang mungkin gampang terbawa perasaan, peduli, lembut, perasa, dan setia. Ia tidak memiliki ambisi besar untuk merubah dunia dan tidak begitu lugas. Ia menginginkan keselarasan dalam duniaâ. Sutan Takdir Alisjahbana diyakini telah memposisikan tokoh Tuti sebagai cerminan dari wanita berpaham Barat yang berjiwa modern dan mandiri, sedangkan posisi tokoh Maria mencerminkan sifat wanita Indonesia tradisional yang cenderung penurut dan pasif. Lebih lanjut mengenai hal tersebut, disampaikan oleh Chee 1981 111 â 112 sebagai berikut âIn Layar Terkembang there was an attempt to present the dilemma of a modern educated Indonesian woman in Tuti, and the psychological urging in her to be a woman, to marry, to settle down to the role of a traditional wife. However, the author tended to allow his ideological inclinations to dominate her and the novel, which results in an unconvincing working out of the confrontation between traditional values and modern assumed to be western values... It is the tendency to see one as dominantly Eastern and the other as dominantly Western that had been a major shortcoming of the novel of social criticim during this periodâ. âDalam novel Layar Terkembang terdapat usaha untuk menceritakan dilema yang dialami oleh seorang wanita terdidik Indonesia dalam tokoh Tuti, dan keinginan kerasnya untuk menjadi seorang wanita secara utuh, membiasakan diri sebagai ibu rumah tangga. Walaupun demikian, pengarang cenderung untuk mendominasi Tuti dan novel dengan pengaruh ideologinya, yang mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dalam hal penyelesaian pertikaian antara nilai-nilai tradisional dengan nilai-nilai modern diyakini berkiblat ke nilai-nilai Barat... Ini ditekankan untuk melihat seseorang yang dominan ke Barat sementara orang lainnya dominan ke Timur yang menjadi kelemahan terbesar dalam novel kritik sosial periode tersebutâ. Menjelang akhir cerita roman, ditemukan simbol-simbol berupa peralihan Yusuf dan Tuti. Adapun peristiwa kematian tokoh Maria dianggap telah menggambarkan tentang pengakhiran paham tradisional yang identik dengan sifat lemah, kuno dan dependen, sedangkan pernikahan Yusuf dan Tuti dimaknai sebagai gejala-gejala modernisasi sikap masyarakat. Lebih lanjut mengenai penjelasan tersebut, disampaikan oleh Chee 1981 106 sebagai berikut âYusuf... is her fiance and she sees herself as eventually becoming his wife, to be his consistent and companion for life, living in the shadow of his protection. However, she contracts tuberculosis and dies, but not before she has made Tuti and Yusuf promise that they would eventually wed each other-a development symbolic of the demise of the old and the inevitable take-over of the newâ. âYusuf... adalah tunangannya dan ia melihat dirinya Maria sebagai calon istrinya, menjadi pendamping hidupnya yang setia, hidup dalam bayang-bayang perlindungannya. Namun demikian, ia terserang penyakit tuberkulosis dan akhirnya meninggal dunia, setelah sebelumnya sempat meminta Tuti dan Yusuf berjanji agar dapat saling menikahi-sebuah perkembangan simbolis mengenai kematian paham lama yang diambil alih oleh paham baruâ. Ditinjau dari segi penggunaan bahasa, roman Layar Terkembang dituliskan dalam sebuah bentuk konstruksi baru, namun masih dipengaruhi oleh adat Melayu Lama. Konstruksi baru yang dimasud adalah berupa jarang terjadinya dialog antara satu tokoh dengan tokoh lainnya Siregar, 1964 101. Sedangkan dari segi tendensnya, roman Layar Terkembang, Sutan Takdir Alisjahbana telah berhasil menggiring fokus konflik antara budaya tradisional dan budaya individual menjadi sarana kebangkitan semangat nasionalisme kaum muda, sekaligus pemicu pergerakan kaum feminis Indonesia. Berikut adalah puisi utuh dari judul yang dimaksud Puisi Menuju ke Laut dikenal luas sebagai salah satu karya dari Sutan Takdir Alisjahbana yang ditulis dalam majalah Pembaruan edisi tahun 1946 Alisjahbana, 1946 64. Meskipun demikian, ia sejatinya merupakan konten asli dari Madjalah Poedjangga Baru yang telah terbit pada pertengahan tahun 1930-an Foulcher & Day, 2008 235. Menurut jenisnya, Menuju ke Laut termasuk merupakan puisi bebas, yaitu puisi dengan pola persajakan dinamis tidak tetap. Selain itu, puisi tersebut juga menggunakan jenis rima patah yang diwarnai dengan unsur asonansi bunyi vokal sebaris dan aliterasi bunyi konsonan sebaris. Lebih lanjut, dilakukan analisis intrinsik dan ekstrinsik terhadap puisi yang dimaksud. â Analisis Intrinsik Ditinjau dari segi tipografi, puisi Menuju ke Laut terdiri dari lima sekstet sajak enam seuntai pada bait pertama, kedua, ketiga, keempat, dan keenam dan satu kuintet sajak lima seuntai pada bait kelima. Pada bait pertama, bentuk persajakannya adalah a-b-c-d-c-e dengan dominasi asonansi bunyi âi pada kata kami, dari, sekali, dan mimpi dan aliterasi bunyi -n pada kata meninggalkan, rimbun, angin, topan, dan terbangun. Bait kedua bersajak a-b-c-d-a-e dengan asonansi bunyi -a pada kata ria, rata, berlomba, mega dan aliterasi bunyi -ng pada kata gelanggang, berulang, jurang, ditantang, dan diserang. bunyi -a pada kata reda, lama, rasa, segala, dan apa dan dominasi aliterasi bunyi -ng pada kata berjuang, penghalang, menyerang, dan menghadang. Pada bait keempat terdapat persajakan a-b-c-d-e-f dengan asonansi bunyi -a pada kata bercahaya, suara, dan bahna dan aliterasi bunyi -r pada kata terhemaps, berderai, bercahaya, bunyi -l pada kata keluh, gelak, silih. Bait kelima menggunakan persajakan a-b-c-d-e dengan asonansi bunyi -a pada kata betapa, sukarnya, dan tiada dan aliterasi bunyi -n pada kata jalan, badan, pikiran, dan ketenangan. Pada bait keenam, puisi menggunakan pola persajakan a-b-c-c-c-d dengan asonansi bunyi -i pada kata kami, dari, sekali, dan mimpi dan aliterasi bunyi -n pada kata meninggalkan, rimbun, angin, topan, dan terbangun. Dalam hal penggunaan diksi, puisi Menuju ke Laut menggunakan majas personifikasi pada kata âombak ria berkejar-kejaranâ dalam bait kedua, âtebing jurang ditantang diserangâ dalam bait kedua, âbergurau bersama anginâ dalam bait kedua, dan âberlomba bersama megaâ dalam bait kedua; majas hiperbola pada âketenangan lama rasa bekuâ, âterhempas berderai bercahayaâ dalam bait ketiga, dan âhati hancurâ dalam bait kelima; majas depersonifikasi pada âpikiran kusutâ dalam bait kelima; majas pleonasme pada âtasik yang tenang, tiada beriakâ dalam bait pertama dan terakhir; majas metafora pada âberontak hati hendak bebasâ dalam bait ketiga; dan majas alegori dalam keenam bait puisi, dan lain-lain. Puisi Menuju ke Laut berisi tema pembaruan pola pikir masyarakat, yaitu yang terkait dengan usaha perombakan terhadap pola pikir kaum intelektual Indonesia dengan cara meninggalkan ruang tradisi lama untuk kemudian berevolusi mengikuti tradisi baru Mohamad, 2005 253. Sutan Takdir Alisjahbana diketahui menggunakan imaji citraan dan majas dalam puisi tersebut guna mengkritik kebudayaan lama yang dianggap pasif dan statis. Dengan kata lain, inti dari puisi tersebut adalah mengenai transisi nilai-nilai tradisional ke arah kehidupan era modern yang penuh kegelisahan. Lebih lanjut mengenai argumen tersebut, dijelaskan Mohamad 2005 252 â 253 sebagai berikut ââKAMI telah meninggalkan engkau, tasik yang tenang, tiada beriakâ. Baris itu dari sajak Menuju ke Laut. Metafora itu kita kenal dari sebuah tasik yang tanpa gelombang ke sebuah laut yang gemuruh, dari sebuah kehidupan yang teduh terlindungi âdari angin dan topanâ ke sebuah kehidupan yang didefinisikan sebagai dinamika yang resah. S. Takdir Alisjahbana memasangnya sebagai semacam manifesto dari âAngkatan Baruâ di tahun-tahun awal 1930-an Indonesia. Sang penulis Layar Terkembang itu memaklumkan bahwa sebuah generasi intelektual Indonesia telah menyatakan angkat sauh meninggalkan tradisi. Mereka telah âterbangun dari mimpi yang nikmatâ. Pesona dunia lama telah retak. âKetenangan lama rasa beku, /gunung pelindung rasa pengalangâ... Maka mereka pun berangkat ke kegelisahan modern. Atau, dalam kiasan sajak itu, ke arah laut dengan gelombang buih yang beraniâ. Dibahas dari aspek penggunaan imaji, puisi Menuju ke Laut melekatkan simbol-simbol makna pada kata âtasikâ danau dan kata âlautâ sebagai representasi batasan spasial scope, yakni berhubungan dengan besar kecilnya cakupan wilayah berikut masing-masing sifat yang diwakilinya. Kata âtasikâ mewakili tradisi lama yang dianggap sempit wilayah persebarannya; sedangkan Selain itu, kata âtasikâ dan âlautâ dijadikan sebagai analogi suatu wadah muatan air, yakni dimana âtasikâ dianalogikan sebagai muatan air berwadah kecil, tidak berombak, dan cenderung tenang; sementara kata âlautâ sebagai kiasan muatan air berwadah besar yang berombak liar. Namun jika dicermati, sesungguhnya fokus makna dari kedua imaji tersebut berada pada arah persebaran airnya; dimana air dimaknai sebagai manifetasi dari suatu anutan paham yang harus diperjuangkan. Dengan kata lain, Sutan Takdir Alisjahbana berusaha menegaskan bahwa âlautâ bukanlah pencapaian akhir dari sebuah misi tapi justru suatu tantangan dan awal dari perjuangan Chee, 1981 34. Amanat puisi Menuju ke Laut terletak pada bait pertama dan kedua, yaitu ajakan untuk meninggalkan kebudayaan Indonesia lama menuju kebudayaan Indonesia modern yang bersifat lebih dinamis dan menantang. Berkaitan dengan hal tersebut, dijelaskan oleh Chee 1981 105 sebagai berikut âIn his poem, âTowards the seaâ, dedicated to the New Generation, ...The new society and the new cutural orientation must therefore be like Waves rushing ahead of each other in the blue cockpit bounded by the sky. The spreading sands continuously kissed, steep banks forever assailed and attacked in laughter with the winds in race with the cloudsâ. Kami telah meninggalkan engkau, tasik yang tenang, tiada beriak, diteduh gunung yang rimbun, dari angin dan topan, Sebab sekali kami terbangun dari mimpi yang nikmat. ...Maka masyarakat baru dan orientasi kultural yang baru harus seperti Ombak ria berkejar-kejaran di gelanggang biru bertepi langit pasir rata berulang dikecup, tebing jurang ditantang diserang, dalam bergurau bersama angin, dalam berlomba bersama megaâ. Lebih lanjut, Chee 1981 105 menambahkan bahwa puisi Menuju ke Laut secara simbolis mengajak bangsa Indonesia untuk membentuk masyarakat sosial dinamis yang bercirikan penganutan sistem nilai intelektualme, egoisme, materialisme, dan individualisme. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa puisi tersebut digunakan Sutan Takdir Alisjahbana sebagai sarana westernisasi.
Listento Puisi Aku Dan Tuhanku on Spotify. Dari saya yang senang membaca dengan suara.
Kepada Kaum Mistik 1 Engkau mencari Tuhanmu di malam kelam Bila sepi mati seluruh bumi Bila kabur menyatu segala warna Bila umat manusia nyenyak terhenyak Dalam tilam, lelah lelap. Tahulah aku, Tuhanmu Tuhan diam kesunyian! Tetapi aku bertemu Tuhanku di siang-terang Bila dunia ramai bergerak Bila suara memenuhi udara Bila nyata segala warna Bila manusia sibuk bekerja Hati jaga, mata terbuka Sebab Tuhanku Tuhan segala gerak dan kerja Aku berbisik dengan Tuhanku dalam kembang bergirang rona Aku mendengar suara Tuhanku dalam deru mesin terbang diatas kepalaku Aku melihat Tuhanku dalam keringat ngalir orang sungguh bekerja Kepada Kaum Mistik 2 Berderis decis jelas tangkas Tangan ringan tukang pangkas Menggunting ujung rambutku Jatuh gugur bercampur debu Aku melihat Tuhanku Akbar Ujung rambut di tanah terbabar Teman, aku gila katamu? Wahai, kasihan aku melihatmu Mempunyai mata, tiada bermata Dapat melihat, tak pandai melihat Sebab beta melihat Tuhan dimana-mana Di ujung kuku yang gugur digunting Pada selapa kering yang gugur ke tanah Pada matahari yang panas membakar. 19 Oktober 1937Sumber Lagu Pemacu Ombak 1978Puisi Kepada Kaum MistikKarya Sutan Takdir AlisjahbanaBiodata Sutan Takdir AlisjahbanaSutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
Fi1hho1. tcuts1o9tk.pages.dev/38tcuts1o9tk.pages.dev/319tcuts1o9tk.pages.dev/406tcuts1o9tk.pages.dev/172tcuts1o9tk.pages.dev/420tcuts1o9tk.pages.dev/143tcuts1o9tk.pages.dev/390tcuts1o9tk.pages.dev/7
makna puisi aku dan tuhanku karya sutan takdir alisjahbana